WordPress telah menjadi tulang punggung bagi jutaan website di seluruh dunia. Namun, seiring perkembangannya, pengguna seringkali dihadapkan pada pilihan: tetap setia dengan Classic Editor yang familiar atau beralih ke Gutenberg (Block Editor) yang revolusioner? Jika Anda termasuk pengguna WordPress yang masih bimbang menentukan mana yang terbaik untuk kebutuhan Anda, Anda berada di tempat yang tepat. Artikel ini akan mengupas tuntas kelebihan dan kekurangan keduanya, memberikan jawaban yang Anda cari!
Daftar Isi
Mengenal Lebih Dekat Classic Editor
Classic Editor adalah plugin WordPress resmi yang memungkinkan pengguna untuk tetap menggunakan tampilan editor pos dan halaman yang familiar seperti sebelum diperkenalkannya Gutenberg (Block Editor). Tampilan antarmukanya menyerupai pengolah kata tradisional, dengan bilah alat (toolbar) yang kaya akan opsi pemformatan teks seperti huruf tebal, miring, daftar, kutipan, dan lain sebagainya. Pengguna dapat langsung menulis dan memformat konten mereka dalam satu kolom teks yang besar, mirip dengan cara mereka bekerja di Microsoft Word atau aplikasi sejenis.
Classic Editor memberikan pengalaman yang sederhana dan fokus pada penulisan teks, serta sangat bergantung pada shortcode atau plugin tambahan untuk menambahkan elemen visual atau tata letak yang lebih kompleks. Bagi banyak pengguna lama WordPress, Classic Editor adalah antarmuka yang nyaman dan sudah teruji, menawarkan alur kerja yang mereka kuasai dengan baik.
Kelebihan Classic Editor
Kurva Pembelajaran Landai
Salah satu daya tarik utama Classic Editor adalah kurva pembelajarannya yang relatif landai, terutama bagi pengguna yang telah lama berkecimpung dengan WordPress. Antarmukanya yang menyerupai pengolah kata tradisional sangat intuitif dan familiar. Mereka dapat langsung fokus pada penulisan dan pemformatan teks menggunakan ikon-ikon yang sudah dikenal, sehingga proses pembuatan konten terasa lebih cepat dan tidak memerlukan banyak penyesuaian.
Tampilan Sederhana
Classic Editor menawarkan tampilan yang bersih dan tidak terlalu ramai. Fokus utama antarmukanya adalah area penulisan teks yang luas, dengan bilah alat pemformatan yang ringkas di bagian atas. Tampilan yang minimalis ini juga dapat terasa lebih ringan dan cepat, terutama pada koneksi internet yang kurang stabil atau perangkat dengan spesifikasi yang lebih rendah.
Kompatibilitas yang Lebih Baik dengan Plugin-Plugin Lama
Mengingat Classic Editor merupakan editor default WordPress selama bertahun-tahun, sebagian besar plugin yang dikembangkan sebelum era Gutenberg dirancang untuk bekerja dengan baik dengannya. Ini berarti pengguna yang masih mengandalkan plugin-plugin lama untuk fungsionalitas website mereka mungkin akan mengalami lebih sedikit masalah kompatibilitas jika tetap menggunakan Classic Editor
Fokus Pada Penulisan Teks yang Panjang
Classic Editor secara inheren mendukung alur kerja penulisan teks yang panjang dengan baik. Tampilan satu kolom yang besar memungkinkan penulis untuk fokus pada narasi dan pengembangan ide tanpa terlalu memikirkan tata letak visual di tengah proses penulisan.
Kekurangan Classic Editor
Keterbatasan dalam Tata Letak Visual
Salah satu kelemahan signifikan dari Classic Editor adalah keterbatasannya dalam menciptakan tata letak visual yang menarik dan kompleks tanpa melibatkan kode atau plugin tambahan. Pengguna sangat bergantung pada shortcode atau pemahaman dasar HTML dan CSS jika ingin mengatur elemen-elemen seperti kolom, grid, atau penempatan gambar dan teks yang lebih dinamis.
Preview Kurang Akurat
Classic Editor seringkali tidak memberikan representasi What You See Is What You Get (WYSIWYG) yang sepenuhnya akurat. Tampilan di dalam editor mungkin berbeda secara signifikan dengan bagaimana konten akan terlihat di halaman website yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena editor tidak secara langsung merender style dan tata letak tema yang sedang aktif.
Kurang Intuitif untuk Menambahkan Elemen Multimedia
Pengguna harus melalui jendela pop-up terpisah untuk mengunggah atau memilih media dari library, dan penempatannya di dalam teks seringkali memerlukan penyesuaian lebih lanjut melalui opsi perataan atau shortcode. Tidak ada mekanisme drag-and-drop yang mudah untuk mengatur posisi gambar atau elemen multimedia lainnya di sekitar teks. Hal ini dapat membuat proses integrasi elemen visual menjadi kurang lancar dan efisien, terutama bagi pengguna yang sering menggunakan banyak gambar atau video dalam konten mereka.
Mengenal Lebih Dekat Gutenberg
Gutenberg, yang juga dikenal sebagai Block Editor, adalah sistem editor konten default di WordPress sejak versi 5.0. Perbedaan mendasar dengan Classic Editor terletak pada pendekatannya yang berbasis “blok”. Alih-alih satu kolom besar untuk menulis dan memformat teks, Gutenberg memungkinkan pengguna untuk membuat konten dengan menyusun berbagai jenis blok, seperti paragraf, heading, gambar, video, daftar, tombol, kolom, dan banyak lagi. Setiap elemen konten diperlakukan sebagai blok individual yang dapat dipindahkan, diatur, dan dikustomisasi secara terpisah melalui panel pengaturan di sisi kanan editor.
Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman visual yang lebih intuitif dan fleksibel dalam membangun tata letak halaman yang kompleks tanpa memerlukan pengetahuan coding. Gutenberg memungkinkan pengguna untuk melihat pratinjau tampilan konten secara langsung saat mereka menyusunnya, mendekati konsep What You See Is What You Get (WYSIWYG) yang lebih baik.
Kelebihan Gutenberg
Antarmuka Intuitif
Gutenberg menawarkan antarmuka yang lebih visual dan intuitif dibandingkan dengan Classic Editor. Pengguna dapat langsung melihat bagaimana konten mereka akan terlihat saat mereka menyusunnya menggunakan blok-blok. Proses drag-and-drop untuk memindahkan dan mengatur urutan blok sangat memudahkan, bahkan bagi pengguna yang tidak memiliki latar belakang teknis.
Kemudahan Mengatur Tata Letak
Salah satu keunggulan utama Gutenberg adalah kemampuannya dalam mengatur tata letak halaman yang lebih kompleks dan menarik tanpa memerlukan kode. Dengan berbagai pilihan blok tata letak seperti kolom, grup, dan cover, pengguna dapat dengan mudah membuat struktur halaman yang beragam
Integrasi Lebih Baik
Gutenberg dirancang dengan integrasi elemen multimedia yang lebih mulus. Menambahkan gambar, video, audio, atau bahkan menyematkan konten dari platform lain menjadi lebih intuitif melalui blok-blok khusus. Pengguna dapat dengan mudah mengunggah atau memilih media dari library, mengatur perataan, mengubah ukuran, dan menambahkan caption langsung di dalam editor.
Preview yang Lebih Akurat
Gutenberg memberikan pratinjau tampilan konten yang jauh lebih akurat dibandingkan dengan Classic Editor. Karena editor secara langsung merender blok-blok sesuai dengan style tema yang aktif, apa yang Anda lihat di editor akan sangat mirip dengan tampilan akhir di frontend.
Kekurangan Gutenberg
Kurva Pembelajaran Lebih Curam
Meskipun Gutenberg menawarkan antarmuka yang intuitif bagi pengguna baru, bagi mereka yang sudah terbiasa dengan alur kerja Classic Editor selama bertahun-tahun, peralihan ke sistem blok bisa terasa memiliki kurva pembelajaran yang lebih curam. Konsep blok yang berbeda untuk setiap jenis konten memerlukan penyesuaian dalam cara berpikir tentang penyusunan halaman.
Potensi Masalah Kompatibilitas
Meskipun semakin jarang terjadi, Gutenberg berpotensi menimbulkan masalah kompatibilitas dengan beberapa plugin dan tema WordPress yang lebih lama atau belum sepenuhnya diperbarui untuk mendukung sistem blok. Beberapa plugin yang mengandalkan meta box atau shortcode mungkin tidak berfungsi dengan baik atau memerlukan penyesuaian agar dapat terintegrasi dengan Gutenberg.
Terasa Sedikit “Berat”
Dibandingkan dengan kesederhanaan Classic Editor, Gutenberg terkadang dapat terasa sedikit lebih “berat” atau memakan lebih banyak sumber daya sistem. Editor berbasis blok ini memuat lebih banyak skrip dan style untuk mendukung berbagai jenis blok dan interaktivitasnya.
Mana yang Lebih Cocok untuk Anda? Classic Editor atau Gutenberg?
Keputusan antara Classic Editor dan Gutenberg sangat bergantung pada preferensi pribadi dan kebutuhan spesifik Anda. Jika Anda lebih menyukai kesederhanaan antarmuka seperti pengolah kata tradisional dan telah terbiasa dengan alur kerja berbasis teks, Classic Editor mungkin masih menjadi pilihan yang nyaman. Namun, jika Anda menginginkan fleksibilitas tata letak visual tanpa coding, integrasi multimedia yang lebih baik, dan tampilan pratinjau yang akurat, Gutenberg menawarkan potensi yang lebih besar untuk menciptakan website yang menarik dan dinamis.