Kalau kamu pernah merasa “dekat” dengan sebuah brand, bisa jadi itu karena kamu terkoneksi secara emosional. Nah, hal ini nggak terjadi begitu saja biasanya ada sesuatu yang membuat merek tersebut terasa hidup, punya karakter, bahkan terasa seperti “teman” yang kamu kenal. Itulah yang disebut brand personality.
Brand personality adalah identitas emosional sebuah brand yang membuatnya berbeda dan mudah dikenali oleh audiens. Dalam dunia pemasaran modern, brand nggak cukup hanya dikenal dari logo atau tagline-nya aja.
Konsumen sekarang lebih tertarik pada merek yang punya kepribadian kuat, bisa dipercaya, dan sesuai dengan nilai hidup mereka. Makanya, penting banget untuk memahami dan membentuk brand personality yang tepat agar strategi branding kamu bisa berjalan maksimal. Di artikel ini, kamu bakal diajak memahami mulai dari definisi brand personality, fungsinya, elemen-elemen pentingnya, hingga cara menentukannya secara strategis. Yuk, langsung kita bahas!
Daftar Isi
Apa Itu Brand Personality?
Brand personality adalah karakteristik atau sifat manusia yang dikaitkan dengan suatu merek atau produk. Sama seperti manusia, brand juga bisa punya kepribadian—misalnya ramah, elegan, berani, atau profesional. Kepribadian ini tercermin dalam gaya komunikasi, visual branding, tone suara, hingga pengalaman yang ditawarkan kepada konsumen.
Konsep brand personality pertama kali diperkenalkan oleh para ahli pemasaran sebagai strategi untuk membentuk hubungan emosional antara merek dan konsumennya. Dengan adanya kepribadian yang kuat, brand jadi terasa lebih “hidup” dan mudah diingat.
Contoh paling gampang adalah Apple. Brand ini dikenal sebagai inovatif, modern, dan sedikit eksklusif. Bandingkan dengan Harley-Davidson yang terkesan maskulin, bebas, dan pemberontak. Keduanya punya brand personality yang sangat berbeda, dan itu sengaja dibentuk untuk menarik segmen pasar tertentu.
Dengan kata lain, brand personality bukan cuma soal desain atau slogan, tapi mencakup keseluruhan bagaimana brand ingin “dikenal” oleh audiensnya. Ini adalah pondasi penting dalam strategi branding karena bisa mempengaruhi persepsi, keputusan pembelian, dan loyalitas konsumen.
Apa Fungsi dari Brand Personality?
Brand personality bukan hanya istilah keren yang digunakan oleh marketer. Lebih dari itu, konsep ini punya peran krusial dalam membangun hubungan antara brand dan konsumen. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari brand personality yang perlu kamu tahu:
1. Menciptakan Koneksi Emosional
Salah satu kekuatan terbesar dari brand personality adalah kemampuannya membentuk hubungan emosional. Ketika sebuah merek punya kepribadian yang relatable, konsumen cenderung merasa lebih dekat dan nyaman. Ini membuat brand nggak cuma jadi produk atau layanan, tapi bagian dari identitas dan gaya hidup mereka. Misalnya, seseorang yang menyukai gaya hidup aktif dan mandiri mungkin akan lebih suka dengan brand seperti GoPro atau Nike yang menampilkan karakter berani dan energik.
2. Membantu Diferensiasi Brand
Di pasar yang semakin kompetitif, punya produk bagus saja nggak cukup. Kamu butuh pembeda. Nah, brand personality adalah salah satu cara paling efektif untuk menonjol di antara kompetitor. Dengan karakter yang kuat dan unik, brand kamu bisa lebih mudah dikenali dan diingat oleh audiens di target pasar. Contohnya, meskipun banyak merek kopi di luar sana, Starbucks tetap memiliki tempat tersendiri karena brand-nya dikenal sebagai cozy, premium, dan customer-friendly.
3. Menjadi Panduan Komunikasi dan Konten
Brand personality juga bisa menjadi panduan dalam menyusun gaya komunikasi dan konten. Mulai dari tone of voice di media sosial, gaya copywriting, hingga cara menanggapi komentar audiens, semuanya bisa disesuaikan berdasarkan kepribadian brand. Kalau brand kamu punya personality yang playful, maka gaya bahasa konten marketing bisa santai dan fun. Tapi kalau brand kamu lebih formal dan profesional, tentu tone-nya harus disesuaikan agar tetap konsisten.
4. Meningkatkan Loyalitas Konsumen
Brand dengan kepribadian yang konsisten dan kuat cenderung lebih dipercaya. Konsumen yang merasa “klik” dengan karakter brand akan lebih loyal, bahkan cenderung merekomendasikannya ke orang lain. Ini adalah efek domino yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan jangka panjang. Konsistensi ini penting banget. Kalau brand kamu tiba-tiba berubah tone dari profesional ke lucu tanpa alasan yang jelas, konsumen bisa merasa bingung dan kehilangan koneksi.
5. Mempermudah Strategi Rebranding
Kalau suatu saat kamu ingin melakukan rebranding, brand personality bisa jadi fondasi yang membantu kamu tetap relevan. Kamu bisa mengatur ulang elemen visual atau positioning tanpa menghilangkan “jiwa” brand itu sendiri. Jadi, meskipun berubah, audiens tetap merasa familiar. Singkatnya, brand personality adalah elemen tak terlihat tapi berdampak besar. Dari membentuk persepsi hingga menciptakan loyalitas, semuanya berawal dari kepribadian brand yang kamu bangun sejak awal.
Apa Saja Elemen dalam Brand Personality?
Setiap brand yang kuat biasanya dibangun di atas struktur kepribadian yang jelas dan konsisten. Nah, untuk membentuk brand personality yang solid, kamu perlu memahami beberapa elemen penting berikut ini:
1. Arketipe Brand (Brand Archetype)
Elemen pertama yang jadi pondasi penting adalah arketipe. Konsep ini berasal dari teori psikolog Carl Jung, yang membagi karakter manusia ke dalam 12 arketipe utama—misalnya The Hero, The Lover, The Explorer, The Caregiver, dan lain-lain. Setiap arketipe punya sifat dan nilai yang berbeda. Misalnya:
- The Hero: Berani, ambisius, tangguh (contoh: Nike)
- The Outlaw: Pemberontak, bebas, anti-mainstream (contoh: Harley-Davidson)
- The Innocent: Optimis, jujur, tulus (contoh: Dove)
Dengan memilih arketipe yang sesuai, kamu akan lebih mudah menentukan arah komunikasi, tone, dan visual brand.
2. Tone of Voice
Setiap brand pasti berbicara dengan gaya tertentu. Nah, gaya bicara ini disebut tone of voice. Apakah brand kamu terdengar serius dan profesional? Atau lebih fun, santai, dan friendly? Tone ini harus selaras dengan audiens yang kamu tuju dan mencerminkan brand identity serta brand guidelines bisnis kamu.
Misalnya, brand startup seperti Gojek cenderung menggunakan tone yang santai dan casual, sementara brand seperti HSBC menggunakan tone formal dan profesional. Konsistensi tone ini penting karena secara nggak langsung memengaruhi bagaimana audiens memandang brand kamu.
3. Visual Identity
Visual bukan sekadar pelengkap. Justru, elemen visual seperti logo, warna, tipografi, dan desain konten jadi penyampai pesan non-verbal yang sangat kuat. Identitas visual harus mencerminkan brand personality kamu secara langsung. Contohnya:
- Warna hitam dan emas mencerminkan kemewahan atau eksklusivitas,
- Warna cerah dan playful mencerminkan karakter fun dan youthful,
- Font serif biasanya memberi kesan formal dan elegan.
Ingat, visual adalah hal pertama yang dilihat orang, jadi pastikan semua elemen ini mendukung karakter brand yang ingin kamu bangun.
4. Nilai Inti (Core Values)
Brand personality adalah perwujudan dari nilai-nilai yang kamu pegang sebagai brand. Nilai inti inilah yang menjadi kompas dalam setiap aktivitas branding dan pengambilan keputusan bisnis.
Misalnya, kalau brand kamu mengusung nilai sustainability, maka setiap aspek dari produk, kemasan, sampai komunikasi harus mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan. Nilai ini akan memperkuat kepribadian brand dan membuatnya terasa lebih autentik.
5. Persona Audiens (Audience Persona)
Elemen yang satu ini sering diabaikan, padahal penting banget. Kepribadian brand yang kamu bangun harus nyambung dengan siapa audiens. Mulai dari usia, gaya hidup, aspirasi, hingga cara mereka berbicara—semua itu harus kamu pahami.
Misalnya, kalau kamu menargetkan Gen Z yang aktif di media sosial, gaya komunikasi dan desain brand kamu harus mengikuti selera mereka: cepat, visual, dan nggak terlalu formal. Brand personality yang sukses adalah yang bisa match dengan audiensnya secara emosional maupun fungsional.
6. Brand Story
Terakhir, jangan lupakan elemen yang satu ini: cerita. Brand personality adalah hasil dari perjalanan, misi, dan visi brand kamu yang dikemas dalam narasi yang menarik. Cerita yang kuat bisa menyentuh emosi audiens dan membuat brand kamu terasa lebih “manusiawi”.
Brand story juga membantu kamu menyampaikan siapa kamu, kenapa kamu ada, dan apa nilai yang kamu bawa. Cerita ini bisa kamu tampilkan di halaman “Tentang Kami”, media sosial, hingga iklan online.
Bagaimana Cara Menentukan Brand Personality?
Setelah tahu apa itu brand personality dan elemen-elemennya, sekarang saatnya kamu menyusun strateginya. Berikut langkah-langkah praktis untuk menentukan brand personality:
1. Kenali Dulu “Jiwa” Brand Kamu
Langkah pertama dan paling penting adalah mengenal siapa brand kamu sebenarnya. Kamu bisa mulai dengan menjawab pertanyaan seperti:
- Apa misi dan visi brand kamu?
- Nilai apa yang kamu pegang teguh?
- Apa yang membedakan kamu dari kompetitor?
Dari jawaban ini, kamu akan mulai mendapatkan gambaran tentang karakter dasar brand kamu. Apakah brand kamu lebih idealis, inovatif, empatik, atau berani mengambil risiko? Brand personality adalah cerminan dari hal-hal ini, jadi semakin jujur kamu mengenali brand sendiri, semakin kuat kepribadian yang bisa kamu bangun.
2. Pahami Target Audiens Kamu
Kamu nggak bisa asal pilih personality tanpa mempertimbangkan siapa audiensmu. Karena, kalau kamu ingin brand kamu terasa dekat, kamu harus punya karakter yang relevan dengan mereka.
Misalnya, kalau target audiens kamu adalah anak muda kreatif di usia 20-an, maka brand personality yang cocok bisa jadi playful, trendy, dan fleksibel. Tapi kalau audiens kamu adalah profesional korporat, kepribadian seperti tegas, cerdas, dan kredibel akan lebih cocok. Kuncinya adalah relevansi. Semakin kamu mengenal audiens, semakin tepat arah personalitas brand kamu.
3. Tentukan Arketipe yang Tepat
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ada 12 arketipe brand yang bisa kamu pilih sebagai kerangka dasar. Ini bisa sangat membantu dalam menyusun kepribadian yang konsisten. Coba pilih satu hingga dua arketipe utama yang paling mencerminkan misi brand kamu. Misalnya:
- The Explorer: untuk brand travel atau outdoor gear
- The Sage: untuk brand edukatif dan informatif
- The Jester: untuk brand yang ingin tampil fun dan menghibur
Arketipe ini akan menjadi titik acuan dalam menyusun komunikasi, visual, dan nilai brand secara keseluruhan.
4. Buat Panduan Gaya (Style Guide)
Setelah tahu karakter dan arah brand kamu, saatnya menyusun panduan gaya. Ini mencakup tone of voice, gaya bahasa, penggunaan warna, font, dan gaya visual lainnya.
Misalnya, kalau brand kamu berkepribadian hangat dan inklusif, tone komunikasi harus bersahabat, warna-warna yang dipilih cenderung soft, dan gaya visual harus welcoming. Style guide ini penting banget supaya brand kamu konsisten di semua channel—baik itu media sosial, website bisnis, sampai packaging.
5. Evaluasi dan Adaptasi
Brand personality bukan sesuatu yang kaku. Dunia terus berubah, begitu juga tren dan ekspektasi konsumen. Jadi penting untuk secara berkala mengevaluasi apakah kepribadian brand kamu masih relevan dan efektif.
Kamu bisa lakukan survei ke audiens, analisis engagement, atau bahkan uji A/B pada konten. Jika ada bagian dari personality yang terasa nggak connect lagi, jangan takut untuk melakukan penyesuaian.
Sudah Paham Apa itu Brand Personality?
Dari semua pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa brand personality adalah elemen kunci yang menentukan bagaimana audiens memandang dan terhubung dengan brand kamu. Kepribadian merek yang kuat akan membuat brand lebih mudah dikenali, diingat, dan dipercaya.
Nah, kalau kamu ingin membangun brand yang tidak hanya kuat secara konsep, tapi juga tampil profesional secara digital, kamu butuh website yang bisa merepresentasikan brand personality kamu dengan tepat. Di sinilah Nevaweb sebagai penyedia jasa pembuatan website profesional yang siap membantu kamu menciptakan website sesuai karakter brand kamu, dari segi desain, tone, hingga user experience. Saatnya bangun kesan pertama yang mengesankan lewat website yang powerful!